Lonjakan Ongkos Kirim Hantui Perdagangan Global
Diberitakan dari Pria4d .Jakarta -
Pentingnya jalur pelayaran Laut Merah bagi perdagangan global menjadi jelas ketika selama lebih dari enam bulan, milisi Houthi dari Yaman membajak kapal-kapal yang menuju Israel.
Blokade Laut Merah berkecamuk setelah perang Israel melawan kelompok militan Hamas di Gaza menyusul serangan teror pada 7 Oktober tahun lalu.
Pada 20 Juni lalu, kelompok pemberontak Houthi menenggelamkan sebuah kapal pengangkut batu bara dengan serangan drone.
Buntutnya, AS dan Inggris menyerang aset militer Houthi di Yaman selama beberapa bulan terakhir. Selain itu, kapal perang dari dua koalisi internasional beroperasi di Laut Merah untuk mengamankan lalu lintas maritim di sepanjang pantai Yaman. Angkatan Laut Jerman, misalnya, juga merupakan bagian dari misi angkatan laut Uni Eropa yang disebut Aspides.
Perdagangan global mendapat tekanan besar sejak berkecamuknya perang Israel-Hamas Oktober 2023. Di seluruh dunia, perdagangan komersial mencatatkan lonjakan biaya pengiriman dan asuransi barang.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! Pemilik kapal kargo juga dihadapkan pada premi asuransi yang lebih tinggi karena risiko yang meningkat drastis di Laut Merah. Demi alasan keamanan, pilihan perusahaan kapal menghindari Terusan Suez dan memutar lewat Tanjung Harapan, yang tidak cuma memperlambat waktu perjalanan tapi juga meningkatkan konsumsi bahan bakar. Drewry World Container Index, yang memantau pasar pengangkutan logistik, mencatat kenaikan harga pengiriman untuk kontainer standar berukuran 40 kaki sebesar 7 persen hanya dalam minggu ketiga bulan Juni. Kenaikan dadakan itu tercatat sebesar 233 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.
Simon MacAdam, seorang analis di perusahaan konsultan keuangan Capital Economics di London, Inggris, menilai kondisi global memaksa perusahaan pelayaran agar beroperasi lebih fleksibel. "Pemilik kapal telah beradaptasi dengan baik terhadap situasi ini, mengingat keterbatasan penggunaan Terusan Suez," katanya kepada DW, seraya menambahkan bahwa ongkos pengiriman sempat turun "setelah meroket pada bulan Januari." Namun sekarang "ongkos kembali meningkat," yang menurut MacAdam menunjukkan tidak ada alasan untuk mengharapkan penurunan biaya alam waktu dekat. "Faktor pendorong lainnya adalah fenomena ketika para importir saat ini menambah pesanan untuk menjamin ketersediaan barang yang cukup sepanjang tahun. Namun dengan adanya pengalihan rute kapal di sekitar Tanjung Harapan, kenaikan biaya kemungkinan besar akan berlanjut," kata pakar Capital Economics tersebut. Baca artikel detiknews, "Lonjakan Ongkos Kirim Hantui Perdagangan Global" selengkapnya https://news.detik.com/dw/d-7431552/lonjakan-ongkos-kirim-hantui-perdagangan-global.
Menurut Bloomberg, sekitar 70 persen perdagangan di Laut Merah saat ini masih menghindari Terusen Suez dan berlayar melintasi Afrika. Simon MacAdam percaya bahwa krisis yang berkepanjangan dapat membebani perusahaan pelayaran dan semakin meningkatkan tarif angkutan secara signifikan. "Pembuatan kapal membutuhkan waktu bertahun-tahun, dan 90 persen kapal kontainer baru dibuat di Cina. Kapasitas yang lebih tinggi tidak dapat dicapai dalam semalam," kata pakar Capital Economics tersebut kepada DW, seraya memperingatkan bahwa krisis di industri ini bisa menjadi "lebih buruk lagi."
Buntutnya, AS dan Inggris menyerang aset militer Houthi di Yaman selama beberapa bulan terakhir. Selain itu, kapal perang dari dua koalisi internasional beroperasi di Laut Merah untuk mengamankan lalu lintas maritim di sepanjang pantai Yaman. Angkatan Laut Jerman, misalnya, juga merupakan bagian dari misi angkatan laut Uni Eropa yang disebut Aspides.
Perdagangan global mendapat tekanan besar sejak berkecamuknya perang Israel-Hamas Oktober 2023. Di seluruh dunia, perdagangan komersial mencatatkan lonjakan biaya pengiriman dan asuransi barang.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! Pemilik kapal kargo juga dihadapkan pada premi asuransi yang lebih tinggi karena risiko yang meningkat drastis di Laut Merah. Demi alasan keamanan, pilihan perusahaan kapal menghindari Terusan Suez dan memutar lewat Tanjung Harapan, yang tidak cuma memperlambat waktu perjalanan tapi juga meningkatkan konsumsi bahan bakar. Drewry World Container Index, yang memantau pasar pengangkutan logistik, mencatat kenaikan harga pengiriman untuk kontainer standar berukuran 40 kaki sebesar 7 persen hanya dalam minggu ketiga bulan Juni. Kenaikan dadakan itu tercatat sebesar 233 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.
Simon MacAdam, seorang analis di perusahaan konsultan keuangan Capital Economics di London, Inggris, menilai kondisi global memaksa perusahaan pelayaran agar beroperasi lebih fleksibel. "Pemilik kapal telah beradaptasi dengan baik terhadap situasi ini, mengingat keterbatasan penggunaan Terusan Suez," katanya kepada DW, seraya menambahkan bahwa ongkos pengiriman sempat turun "setelah meroket pada bulan Januari." Namun sekarang "ongkos kembali meningkat," yang menurut MacAdam menunjukkan tidak ada alasan untuk mengharapkan penurunan biaya alam waktu dekat. "Faktor pendorong lainnya adalah fenomena ketika para importir saat ini menambah pesanan untuk menjamin ketersediaan barang yang cukup sepanjang tahun. Namun dengan adanya pengalihan rute kapal di sekitar Tanjung Harapan, kenaikan biaya kemungkinan besar akan berlanjut," kata pakar Capital Economics tersebut. Baca artikel detiknews, "Lonjakan Ongkos Kirim Hantui Perdagangan Global" selengkapnya https://news.detik.com/dw/d-7431552/lonjakan-ongkos-kirim-hantui-perdagangan-global.
Menurut Bloomberg, sekitar 70 persen perdagangan di Laut Merah saat ini masih menghindari Terusen Suez dan berlayar melintasi Afrika. Simon MacAdam percaya bahwa krisis yang berkepanjangan dapat membebani perusahaan pelayaran dan semakin meningkatkan tarif angkutan secara signifikan. "Pembuatan kapal membutuhkan waktu bertahun-tahun, dan 90 persen kapal kontainer baru dibuat di Cina. Kapasitas yang lebih tinggi tidak dapat dicapai dalam semalam," kata pakar Capital Economics tersebut kepada DW, seraya memperingatkan bahwa krisis di industri ini bisa menjadi "lebih buruk lagi."
0 Komentar