FORUM PRIA4D ~Perhelatan MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok, 2024 sukses digelar. Kendati demikian, event balap Internasional itu tak luput dari kritikan tajam. Salah satu sorotan datang dari jurnalis asing, Simon Patterson, yang menyampaikan pandangannya melalui platform X.
Dalam cuitannya, Simon membandingkan antusiasme penonton di Sepang, Malaysia, yang jauh lebih tinggi dibandingkan di Mandalika. “Dua balapan yang sangat berbeda. Saya menyukai Lombok, tetapi saya pikir anda akan lebih baik dengan pergi ke Sepang,” kata jurnalis spesialis liputan MotoGP ini.
Kritik Simon ini menyoroti sejumlah aspek penting, seperti aksesbilitas, biaya akomodasi, hingga harga tiket yang mahal. Simon Patterson menyampaikan bahwa salah satu alasan tingginya minat penonton di Sepang adalah akses yang jauh lebih mudah dan biaya akomodasi yang lebih murah dibandingkan Mandalika.
Sepang memiliki infrastruktur transportasi yang lebih baik dan akomodasi hotel yang terjangkau, membuatnya lebih ramah bagi para penggemar. Di sisi lain, biaya transportasi dan akomodasi di Lombok dinilai masih terlalu mahal, sehingga menyulitkan banyak penggemar lokal untuk bisa menikmati langsung gelaran balap internasional tersebut.
“Bukan salah Dorna jika penyelenggara memutuskan untuk tidak menargetkan penduduk lokal. Dan bukan salah dorna jika jika sirkuit dibangun di Pulau dengan jumlah hotel yang terbatas dan koneksi perjalanan sangat mahal,” tuturnya.
Simon juga menyentil perbedaan kemampuan daya beli antara penggemar lokal di Lombok dengan harga tiket yang ditawarkan. Dalam cuitannya, ia menyebutkan bahwa harga tiket umum (General Admission) seharga €30 atau sekitar Rp 507 ribu cukup tinggi bagi penduduk lokal yang rata-rata memiliki upah minimum bulanan sekitar €150 atau sekitar Rp 2,5 juta. Hal ini membuat banyak penggemar MotoGP di Lombok, meskipun sangat antusias, tidak mampu membeli tiket untuk menonton langsung balapan.
“Saya berbicara dengan banyaknya penduduk lokal yang tergila-gila pada motoGP tapi tidak mampu membeli tiket. Tiket masuk umum (General Admision seharga €30 (Sekitar Rp 507 ribu) di Pulau dengan upah minimum bulanan sekitar €150 (sekitar Rp 2,5 juta),” Cuitanya di X.
Menurut Simon, membangun event seperti MotoGP hanya untuk menarik penggemar global tanpa memperhatikan basis penggemar lokal adalah langkah yang kurang tepat, terutama di negara dengan basis penggemar MotoGP yang besar seperti Indonesia. Ia menekankan bahwa penggemar MotoGP di Indonesia pantas mendapatkan pengalaman yang lebih baik.
“Inti dari pendapat saya adalah membangun balapan hanya untuk penggemar global dan bukan penggemar lokal adalah di negara dengan basis penggemar MotoGP terbesar adalah hal yang buruk,” ujarnya.
Simon juga membandingkan suasana kerumunan penonton antara Mandalika dan Sepang. Di Sepang, jumlah penonton jauh lebih besar, sementara di Mandalika, tribun utama yang mampu menampung sekitar 30.000 orang hanya terisi sekitar 500 orang saat balapan berlangsung.
Meski demikian, Simon mengapresiasi upaya pemerintah Indonesia yang terus berinvestasi untuk mengembangkan infrastruktur di Lombok dengan harapan menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan upah.
Kritikan lain datang dari akun X @nelsonsanderson, yang membandingkan harga tiket pesawat dari Jakarta ke Sepang yang jauh lebih murah dibandingkan ke Lombok. Ia juga mengkritik kebijakan di Mandalika yang hanya mengizinkan penonton VIP menyaksikan sesi latihan pada hari Jumat, sementara penonton biasa baru bisa menonton pada hari Sabtu dan Minggu. Di Malaysia, sesi Jumat terbuka gratis untuk semua penonton.
“Gila bagi saya dari Jakarta dan lebih murah dan mudah pergi ke Sepang daripada Mandalika. Juga Gila bagaimana hanya untuk VIP sesi Jumat. Untuk MotoGP Malaysia gratis untuk semua orang,” timpalnya.
0 Komentar